dari serban menuju kotang

on Selasa, 30 Desember 2008

Senin, 2008 Desember 29

Dari Serban Menuju Kotang

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar

Kalau kita mendengar kata “serban” pasti kita membanyangkan dalam benak kita seorang kyai yang sedang berjubah membawa tasbih dan berkalung serban. Tapi tatkala kita mendengar kata “kotang” untuk yang mata keranjang pasti terbayang perempuan cantik bertubuh seksi berjalan dengan lengkuk- lengkuan tubuhnya yang seksi dan hanya menggunakan pakaian mata kuda atau biasa dikenal “kotang”

Sebelumnya tidak mengurangi rasa ta’dzim kami tehadap para kyai. Istilah judul dalam oret-oretan pena kami ini hanya sebuah istilah yang menggambarkan seorang kyai yang terlibat politik praktis, dengan menggunakan dalil- dalil naqli untuk menarik simpatisan atau pendukung demi menduduki kursi panas yang berada di dalam ruangan gedung DPR.

Banyaknya kyai yang terjun dalam dunia politik praktis, menjadikan agak lunturnya syari’at islam yang ada di indonesia. Keikutsertaan kyai dalam kehidupan politik praktis dalam setiap pesta demokrasi yang diadakan setiap daerah yang ada diindonesia ± 1000 kyai bahkan lebih.

Pada pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur jawa timur yang baru 2 bulan dilaksanakan ± 1000 bahkan lebih keikutsertaan kyai terhadap politik praktis yang ujung- ujungnya hanya diakhiri dengan cacian antara kyai satu dengan yang lain karena ketidak puasan.

Kalu sudah banyak kyai yang sudah terjun didunia glamor seperti itu bagaima nasib- nasib umat- umat yang arus kehiduannya hanya digantungkan pada fatwa seorang kyai? Ini pertayaan besar yang terjadi di indonesia.

Dalam hadits nabi” al ulama’ warosatul ambiya’” yang artinya bahwa para ulama’ atau kyai itu sebagai pewaris para nabi didalam menyebarkan syari’at agama islam dimuka bumi ini atu sebagai soko guru tuntunan atas kehidupan agama islam.

Akan tetaapi kenyataan sekarang atas keterlibatan diri kyai didalam dunia politik praktis menjadi boomerang bagi agama islam. Kasus- kasus yang mengguyur agama islam takhenti- hentinya terjadi seperti putusnya persaudaraan kyai satu dengan kyai lainnya akibat perbedaan partai yang dipegang. Sedangkan kasus- kasus eksteren munculnya islam sesat atau nabi palsu.

Semua iti disebabkan kesibukan sosok kyai yang sudah disibukkan urusan politik. Dia sudah tidak menghirauikan masalah keagamaan, dia lebih menghiraukan masalah uang dan kedudukan.

Peristiwa nyata tatkala musim pesta demokrasi sudah datang para politsi heboh mencari politisi dari figur kyai yang mempunyai kairsmatik yang luas. Dari pondok kepondok yang lain hanya mencari sosok kyai yang digunakan untuk merekrut suara dukungan pada pemilu sebanyak- banyakya, karena dia beranggapan dengan kehadiran seorang kyai akan bisa mengetuk hati mansyarakat 1000 bahkan 1 desa kalu kyai berpengaruh luas untuk bergabung dan simpatik terrhadap partai tersebut sangat mudah.

Yang risi lagi di mata saya, tatkala para kyai berpakaian jubah seperti seorang wali berkerundung serban berdiri sebagai orator partai tertentu yang orasinya semua berkedok agama islam dengan dalil- dalil naqli yamg menyakinkan para simpatisannya. Tapi, semua iti tidak bertujuan memperjuangkan agama islam yang diharapkan melainkan hanya jabatan pemerintahan selama ± 5 tahun.

Karena yang namanya kyai itu milik semua golongan. Tapi, kalau sudah masuk dalam partai tertentu berarti hanya milik partai tersebut atau golongan tersebut. Yang lebih tega lagi apabila didalam orasinya hanya mengutarakan kejelekan sesama profesi yaitu pemegang syariat islam atau biasa disebut kyai.

FAKTOR PENDUKUNG KYAI UNTUK MASUK KEHIDUPAN POLITIK PRAKTIS

Faktor yang mempengaruhi sangat banyak sekali. Tapi saya hanya mengambil yang lebi dominan saja dari beberapa faktor yang ada, yaitu

a. Perjuangan

Kebanyakan kyai ikut dalam running politik hanya bertujuan memperjuangkam agama islam melalui jalan politik. Upaya dakwah bil lisan sudah tidak ada efek lagi jadi dia masuk partai bertujuan menyebarka syairat islam yang berhubungan dengan kemakmuran suatu negara menuju negara yang “baldatun thoyibatun warubbul gofur”hum minal faa iziiin

b. Uang dan Jabatan

Dan ada juga masuknya sosok kyai pada politik praktis ini akrena kebosanan beliau memimpin pondok pesantren yang tidak bisa memenuhi materi dhohir isterinya yang gila gemerlaman dunia. Akhirnya dia masuk partai agar jadi seorang DPR dengan gaji yang sangat banyak dan dana tunjangan lain- lain sehingga dapat memenuhi permintaan sang isteri “ hum minal khosiriina”

Sebaiknya sosok kyai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara itu menjadi penuntun dan berdo’a kepada Allah supaya para oknum yang sudah memegah kekuasan pemerintaha agar bekerja yang maksimal dengan niat berjuang untuk kesejahteraan rakyat dan lid diinil islam

Kesimpulan dari tulisan saya adalah serban itu saya ibaratkan seorang kyai dan kotang itu saya ibaratkan politik praktis jadi, sekali bukak langsung kenikmatan di depan mata. Orang yang masuk politik praktis itu hanya memburu kesenangan sementara. Tujuan saya hanya untuk mengembalikan kesadaran figur kyai sebagai pemegang dan soko guru syari’at agama islam.पेनुलिस महासिस्वा सस्त्र बहासा arab

0 komentar:

Posting Komentar